Inovasi. adalah sebuah kata yang mulai banyak dibicaraan di dunia pendidikan hari ini. Sebut saja kata kunci atau edu-cliché. Tampaknya ada kesepakatan, bagaimanapun, bahwa semua sekolah kita perlu lebih inovatif untuk memenuhi perkembangan dan kebutuhan siswa kita, hari ini dan esok. Dimana saya tidak melihat kesepakatan dalam siapa yang harus melakukan semua inovasi ini apakah dari pihak sekolah ataukah dari pemerintah melalui kebijakannya.

Jika kita melanjutkan jalan kita saat ini, tampak sekali bahwa terdapat kesenjangan tujuan antara pemangku kebijakan dengan pelaku disekolah untuk mengarahkan kemana dan bagaimana anak didik kelak berkembang.

Pikirkan tentang hal ini. Apa yang terjadi di diajarkan setiap hari di sekolah kita setiap hari. Sepertinya hanya hal hal rutinitas saja yang diberikan dan djejalkan kepada anak-anak setiap harinya. Blajar mereka hanya fokus kepada bagaimana menghadapi ujian tulis, bagaimana anak-anak bisa menjawab soal-soal ujian. Terus terang, masing-masing dari kita (guru, orang tua, kepala sekolah, pemimpin organisasi dan masyarakat) memiliki tanggung jawab untuk menjadi inovator anak-anak, dan kita begitu sangat perlu untuk membantu mereka tumbuh dan meningkatkan kekuatan mereka.

Mendefinisikan Inovasi Melalui Mata Saya
“Inovasi semestinya diajarkan melalui tauladan guru, kehidupan dirumah, dan lingkungan masyarakat.” Menurut saya INOVASI adalah “Perubahan cara agar sesuatu dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih sederhana”

Berikut ada dua hal yang perlu dipertimbangkan terhadap pernyataan saya tersebut:

  1. Pada tahun 2014, tak ada lagi alasan untuk tidak memanfaatkan teknologi dalam memberikan pengajaran yang terbaik sebagai seorang pendidik.
  2. Menggunakan teknologi setiap hari dan menjadi inovatif itu tidak sama.

Banyak pendidik merasa bahwa inovasi secara langsung terkait dengan penggunaan teknologi mutakhir. Saya harus setuju. Saya percaya kita perlu memikirkan hal ini lebih sebagai pola pikir daripada sesuatu yang harus diikuti. Ada contoh yang tinggi dan berteknologi rendah dari inovasi yang memanfaatkan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan siswa, staf dan masyarakat. Pikirkan tentang gambar di bawah melalui mata Anda sendiri,

Innovation: The Two-Screen Approach Credit: Indiana EdTech Guru @MrBrettClark

Mindset adalah Segalanya
Sebagai pendidik, menjadi inovatif dalam perencanaan, pelaksanaan dan refleksi harus menjadi “bagian dari pekerjaan,” tidak peduli apa peran kita dalam bekerja untuk anak-anak. Adalah sangat penting jika disetiap saat kita memanfaatkan suara siswa sehari-hari, pertemuan siswa, staf dan keluarga “di mana mereka berada,” dan menggunakan strategi tinggi dan berteknologi rendah dalam pengajaran, pembelajaran dan kepemimpinan. Marilah kita fokus kepada memaksimalkan setiap hari dan bekerja untuk menjadi lebih efektif dan efisien esok hari. Ini harus menjadi tujuan kita apakah kita sedang memfasilitasi pengembangan profesi guru yang dipimpin, melibatkan keluarga dan masyarakat, berkomunikasi di seluruh pemangku kepentingan, atau seratus hal lain yang menjadi tanggung jawab kita setiap hari.

Bagaimana pola pikir kita saat menanamkan sesuatu pada siswa mengarah kepada apa yang mereka lakukan dan menjadi apa saat mereka meninggalkan kita dan sekolahnya? Apa kita benar-benar telah mempersiapkan mereka untuk berkembang dan semakin terhubung, antara dunia nyata yang inovatif? Apakah para pemimpin sekolah telah memiliki pandangan yang visoner terhadap perkembangan anak didiknya kelak? apakah iklim sekolah telah mendukung pola pikir inovastif tersebut?. Inilah sebagian pertanyaan-pertanyaan yang musti kita mulai fokuskan, ketimbang memikirkan bagaimana agar mereka lulus sekolah saja atau bagaimana mereka memperoleh nilai bagus.

Tentunya tetap tak akan bisa berjalan jika hanya dilakukan oleh seorang guru saja disekolah. Karena Sekolah itu adalah Atmospir yang harus dibangun dan dibentuk sesuai harapan kebaikan anak-anak kita kelak.

Categorized in:

Guru,