Generasi Z, Generasi Internet, ini adalah beberapa nama-nama yang digunakan untuk menggambarkan anak yang lahir antara tahun 1990-2010. Mereka tumbuh dengan komputer dan internet, serta mereka nyaman dengan semua jenis teknologi. Kebanyakan dari mereka menjalankan kehidupan sosial melalui Gadget dan media sosial, serta menghabiskan lebih banyak waktu menonton YouTube dibanding chanel televisi.

Generasi tertua dari Gen Z saat ini sudah berada di sekolah dan perguruan tinggi. Menjadi bagian dari generasi yang paling berteknologi maju, memiliki sikap positif terhadap teknologi dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru. Karena mereka merasa nyaman menjelajahi Internet, mereka lebih terhubung ke dunia dari generasi sebelumnya. Ketika mereka ingin tahu tentang sesuatu, mereka akan sering melakukan riset secara online. Mereka tahu lebih banyak tentang budaya lain dan sering lebih toleran terhadap perbedaan budaya.

Salah satu karakteristik yang paling mencolok dari Gen Z adalah kemampuan mereka untuk multitask. Mereka mampu untuk secara bersamaan berbicara, mendengarkan musik, membaca, browsing internet dan (kadang-kadang) melakukan pekerjaan rumah. Meski banyak ahli kesehatan mental tidak setuju dan memandang mereka memiliki masalah perhatian, ketergantungan berlebih pada teknologi dan beberapa beberapa kelemahan lain. Meski banyak guru menemukan bahwa mereka mengharapkan hasil instan dan umpan balik yang konstan, memiliki akses ke informasi lebih dari pada waktu lainnya dalam sejarah, tetapi mereka sering tidak tahu bagaimana untuk menilai keandalan informasi. Meski efek samping dari teknologi untuk Gen Z adalah menyebabkan mereka menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruang dibanding generasi sebelumnya dan saat ini, sepertiga dari anak-anak disekitar kita telah mulai kelebihan berat badan dan seperlima mengalami obesitas karena sebagian penggunaan teknologi menggantikan aktivitas fisik. Namun dari semua itu masih ada peluang dan tantangan yang terkait dengan teknologi, hal ini mungkin tampak menyulitkan dalam menyesuaikannya di sekolah dan kelas. Dari berbagai pengalaman saya memiliki beberapa saran untuk memanfaatkan afinitas Gen Z ini di sekolah dan membantu mereka mengatasi kemundurannya:

  • Gunakan umpan balik langsung teknologi untuk memotivasi siswa dan meningkatkan kepercayaan diri belajar mereka. Game pendidikan berbasis komputer dan proyek independen dapat memberi siswa perasaan bahwa mereka diberdayakan dan didorong berprestasi.
  • Melibatkan siswa dalam proyek-proyek atau kegiatan perencanaan dan kegiatan yang memungkinkan mereka untuk berkolaborasi secara online. Blogging, medsos, podcasting dan media digital adalah beberapa alat baru yang memungkinkan siswa untuk menghubungkan satu sama lain dan dengan siswa lain di seluruh dunia.
  • Manfaatkan kemampuan belajar visual Gen Z ini dengan meningkatkan pembelajaran melalui film presentasi dan gambar digital.
  • Bantu siswa dalam mengembangkan pemikiran dan ketrampilan memecahkan masalah kritis, terutama dalam penggunaan teknologi. Memberikan instruksi tentang cara untuk menemukan sumber terpercaya dan terkemuka ketika mencari atau browsing online.
  • Melatih siswa untuk memusatkan perhatian mereka pada satu tugas yang memiliki kedalaman dan kompleksitas. Hadirkan tantangan yang membutuhkan upaya terkonsentrasi untuk sukses.
  • Mendorong siswa untuk menyisihkan waktu mengikuti aktivitas fisik di luar ruangan. Bukan hanya berbicara tentang alam dan melihat foto-foto, merencanakan kunjungan lapangan yang memungkinkan siswa untuk merasakan alam secara langsung.

Disamping itu terdapat Tantangan bagi guru karena peran guru jelas berubah dari instruksi dan kontrol menjadi sumber konten dan fasilitator pembelajaran, dari mengatur partisipasi menjadi interaksi siswa. untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar yang muncul dari generasi ini guru juga musti perlu memperhatikan: 1. Apa –yang mereka pelajari dan butuhkan karena fokus bergeser dari konten untuk proses dan informasi menjadi sarana mengumpulkan, menganalisis dan menerapkan informasi, 2. Kapan –mereka mempelajari dan berproses karena kini pengajaran dan pembelajaran dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan siswa kritis, 3. Dimana –mereka belajar dan berproses, karena ruang kelas tradisional dibangun untuk menjaga gangguan luar dan menjaga mereka tetap menghadap guru, sekarang ini berubah, 4. Bagaimana –pembelajaran dilangsungkan, pada abad ke-21 konten dapat diakses melalui teknologi di mana saja, dan dalam bentuk visual. Namun, diskusi dan penerapan isi sangat penting, dan ini membutuhkan peran guru. Jadi pendidikan ‘berbalik’, di mana pembelajaran berlangsung di luar kelas, tetapi keterlibatan penting dan praktek masih dilakukan di sekolah.

Tulisan ini di muat di Majalah Matan Edisi 117, April 2016

Categorized in:

Utama,