buku-bertingkat1Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya untuk memanusiakan manusia. Salah satu potensi dasar manusia adalah bahwa manusia mempunyai potensi rasa ingin tahu. Perubahan rasa ingin tahu menyebabkan perubahan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan diperlukan kurikulum pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Dalam setiap pergantian kepemimpinan dalam pemerintahan maka tidak luput juga akan terjadi pergantian kurikulum dalam pendidikan. Hal ini sangat dimaklumi karena memang setiap kepemimpinan akan memiliki kebijakan yang berbeda. Masih hangat dalam pikiran kita bagaimana kurikulum satu berganti dengan kurikulum yang lain. Banyak komentar dan peristiwa sehubungan dengan hal ini. Bagaimana para pelaku kebijakan tersebut terseok-seok (karena saking cepat bergantinya) mengikuti setiap perubahan yang terjadi. Namun tak lepas dari fenomena tersebut dalam menyusun kurikulum para pengembang akan mempertimbangkan hal-hal berikut:

§  peningkatan iman dan takwa;

§  peningkatan akhlak mulia;

§  peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

§  keragaman potensi daerah dan lingkungan;

§  tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

§  tuntutan dunia kerja;

§  perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;

§  dinamika perkembangan global; dan

§  persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Dan sepertinya masih banyak hal lain yang terus berkembang.

Robert S Zais, 1976  is rececourse of subject matter to be mastered”. Kumpulan dari bahan pelajaran atau mata ajar yang harus dikuasai 

Caswell and Campbell  Curriculum Development (1935) “ to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers”.

Ronald C Doll (1974:22) “ The commonly acceptance definition of  the curriculum has changed from content of course of study and list of subjects and courses to all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school.”

Mauritz Johnson (1967:130) “ Prescribes (or at least anticipates) the result of instruction”. Pengalaman hanya akan muncul bila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan, interaksi tersebut bukan kurikulum tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil pengajaran.

Mac Donald (1965:3) sistem persekolahan terbentuk atas empat sub sistem, yakni mengajar, belajar, pengajaran dan kurikulum. Kurikulum merupakan rencana  yang memberi pedoman kepada pengajaran.

Beauchamp membedakan antara kurikulum sebagai rencana (Curriculum plan) dan kurikulum fungsional (Functioning Curriculum). ” a curriculum is a written document which may content many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during they enrollment in given school”

Hilda Taba (1962) perbedaan antara kurikulum dan pengajaran tidak terletak pada implementasinya melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan isi dan metode yang lebih luas, sedang yang lebih sempit menjadi tugas pengajaran.

Konsep kurikulum Sebagai:

Substansi, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum bisa mencakup dokumen tertulis yang mencakup kesepakatan antara para penyususn kurikulum, pemegang kebijakan pendidikan dengan masyarakat.

Sistem, sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, prosedur kerja bagaimana menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakannya. Hasil sistem kurikulum adalah tersusunnya kurikulum dan fungsi dari kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis. 

Bidang studi, merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuannya adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Konsep Kurikulum Sebagai Bidang Studi

Robert S. Zais (1976:3) Kurikulum sebagai bidang studi mencakup: (1) the range of  subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and (2) the procedures of inquiry and practice that it follows (the syntactical structure).

Menurut George A. Beauchamp (1976: 58-59) Kurikulum sebagai bidang studi membentuk teori, yaitu teori kurikulum. Teori kurikulum adalah “ a set of related statement that gives meaning to a school’s curriculum by pointing up the relationship among its element an by directing its development, its use and its evaluation”. Bidang cakupan bidang studi atau teori kurikulum meliputi konsep kurikulum, penentuan kurikulum, penggunaan kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum dan evaluasi kurikulum.

Fungsi Kurikulum 

Beauchamp (1975:60):

§  The choice of arena for curriculum decision making;

§  The selection and involvement of person in curriculum planning;

§  Organization for and technique used ini curriculum planning;

§  Actual writing of a curriculum;

§  Implementing the curriculum;

§  Evaluating the curriculum;

§  Providing for feedback and modification of the curriculum.   

Teori Kurikulum

Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.

 Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan, sebagai suatu rancangan kurikulum akan menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. 

Landasan Filosofis

Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti ”cinta akan kebijakan (love of wisdom)”.. Dengan belajar filsafat orang akan menjadi mengerti dan dapat berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan dapat berbuat bijak orang harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berfikir yang sistematis, logis dan mendalam. Ilmu berkenaan dengan fakta-fakta sebagaimana adanya (Das Sein). Sedangkan filsafat melihat sesuatu dari sudut bagaimana yang seharusnya (Das Sollen).

Dasar-dasar Filsafat Dewey

Ciri utama filsafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah, mengalir atau going-ness. Ciri lainnya adalah anti dualistik. Pandangan tentang dunia adalah monolitik dan tidak lebih dari sebuah hipotesis. Dalam filsafat Dewey kebenaran terletak pada perbuatan (truth is in the making), yaitu adanya persesuaian antara hipotesis dengan kenyataan. Menurut Dewey ”Experience is the only basis of knowledge and wisdom”. Tujuan dari perkembangan manusia adalah self realization. Self realization diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lain.

Landasan Psikologis

Landasan psikologis ini membahas tentang psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Landasan sosial

Pendidikan mempunyai dua sifat penting, yakni: pertama, proses pendidikan yang selalu mengandung nilai, dan memberikan pertimbangan nilai. Kedua, keberhasilan dari suatu proses pendidikan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat dimana proses pendidikan itu berlangsung.   

Tujuan yang paling umum dari pendidikan adalah menyiapkan generasi muda untuk menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang produktif. Hal ini menunjukkan konsep adanya tuntutan individual dan sosial dari orang dewasa. Pendidikan dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain berbeda karena dipengaruhi oleh budaya masing-masing. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, pendidikan merupakan proses pembudayaan. Menurut Israel Scheffler (1958) ” melalui pendidikan manusia memperoleh peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban masa sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang”.

Pendidikan bersifat pribadi dan sosial. Bersifat pribadi karena hasil akhirnya berupa pembentukan pribadi individu itu sendiri. Bersifat sosial karena proses pendidikan berlangsung dalam situasi sosial dan pendidikan diarahkan agar ana mampu bertingkah laku, berbuat dan hidup secara baik dalam berbagai situasi dan lingkungan sosial.  

Perkembangan Teknologi

Teknologi adalah penerapan ilmu dalam suatu bidang. Menurut Kast dan Rosenweig (1962:11) “technology is the art of utilizing scientific knowledge”. Pengaruh teknologi terhadap kurikulum bisa menjadi pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung. Pengaruh langsung karena ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi materi atau bahan yang akan disampaikan dalam proses pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tanner and Tanner kurikulum sebagai ” The planned and guided learning experiences and intended learning outcomes, formulated through the systematic reconstruction of knowledge and experience, under auspices of school, for the learner’s continous and willful growth in personal social competence”. Pengaruh tidak langsungnya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perkembangan masyarakat, perkembangan masyarakat melahirkan problema baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan. 

Konsep Konten

Sailor dan Alexander (1966:160) “fakta, observasi, data, klasifikasi, desain dan pemecahan masalah yang telah dihasilkan pengalaman dan hasil fikiran manusia yang tersusun dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip-prinsip, kesimpulan, perencanaan dan solusi.

Hymen (1973:4), Ilmu pengetahuan (seperti fakta, keterangan, prinsip-prinsip, definisi), ketrampilan dan proses (seperti membaca, menulis, berhitung, menari, berfikir kritis, berkomunikasi lisan dan tulisan). Dan nilai-nilai (seperti konsep tentang hal-hal baik, buruk, betul dan salah, indah dan jelek).

Perbedaan konten dan ilmu pengetahuan

John Dewey (1916), perbedaan konten dan ilmu pengetahuan sangat esensial. Konten atau materi adalah catatan-catatan tentang pengetahuan (seperti simbol, grafik, rekaman dll.) Sedangkan ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu hasil pemahaman dan pengertian tentang catatan-catatan tersebut sebagai akibat interaksinya dengan pengalaman individu (Zais, 1976:325). Konsekwensinya adalah penetapan materi harus mempertimbangkan maknanya bagi individu, agar menjadi ilmu pengetahuan yang bermakna (pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai).

Kurikulum yang fleksibel dan egaliter merupakan strategi untuk membelajarkan orang, mengembangkan potensi individu. Karakteristik utamanya membuat semua pebelajar dapat belajar, subject-matter ditujukan pada pencapaian berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) dan kecakapan pemecahan masalah, memberi kesempatan yang sama kepada pebelajar yang beragam, mendidik anak ke dalam wacana dan praktik disiplin akademik, otentik dalam hubungan antara belajar di dalam dan luar sekolah, pengembangan watak yang penting dan kebiasaan berpikir produktif, dan mendorong tumbuhnya praktik demokratik di masyarakat.

Dalam rangka penyusunan kurikulum yang fleksibel dan egaliter hal yang perlu diperhatikan adalah :

Perlu dipahami teori-teori tentang karakteristik pebelajar. Karakteristik pebelajar memberikan gambaran yang utuh dan holistik tentang pebelajar, baik dari aspek pengetahuan, sikap maupun ketrampilannya. Beberapa teori yang bisa menjadi acuan adalah Development During Childhood and Adolecence Slavin, Student Diversity Slavin, multiple intelligences Gardner; Karakteristik dan model gaya belajar (teori psikologis Carl Jung, Gaya Belajar Kolb, model HBDI, Model gaya belajar Felder Silverman) dll.

Perlu dipahami teori-teori perkembangan seperti: Stages of Development Piaget, Stage of Cognitive Development Bruner, teori belajar bermakna Ausubel, information processing Atkinson, Mastery Learning Bloom, Behaviorism and Information Processing Gagne, Social Learning Theory Bandura, Social Activism Dewey, Cognitive Apprentice Ship Brown, Cognitive Development Seymour, Cognitive Flexibility Theory Spiro dan Zone of Proximal Vygotsky.

Perlu dipahami teori-teori penyusunan dan pengembangan desain pembelajaran seperti: Systematic Instructional Design Braden, Criterion References Instruction Methodologi Mager, dll.       

Sumber

 

Bell Gredler, E. Margaret.1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

 

Budiningsih, Asri. C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

 

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud

 

Marzano, R.J. 1992. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and      Instruction. Alexandria: ASCD

 

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.  Boston: Allyn and Bacon 

              

Penulis

Categorized in:

Theory,

Last Update: 8 Desember 2017