Inilah mungkin hal klise yang ingin saya tulis, nilai. Seing dibicarakan diomongkan dan digunjingkan. Bahkan dengan wajah ditekuk dan sejenisnya :-). Sudah jamak di negara besar kita nilai anak didik dipermainkan hanya untuk memoles kualitas sekolah. Guru sakan tak berdaya dan tak berkurik manakala sekolah menetapkan nilai bawah (kkm) yang musti dimiliki siswa agar dapat melanjutkan proses belajar selanjutnya. Coba lihat saja ketika akhir semester siswa dinyatakan naik tingkat/kelas maka berapapun nilai rendahyg dperolehsiswa mau tidak mau harus minimal nilai bawah tersebut sebagai syarat kenaikan. Dilematis terjadi ketika guru dgn jujur menyampaikan nilai siswa dan tidak memenuhi kkm. Ditulis asli siswa tidak naik diubah (meskipun remidi tapi tetap kurang) sama dengan guru mengajarkan ketidakjujuran.
Tanggungjawab pendidikan disekolah tidak hanya sekedar bagaimana siswa memperoleh nilai tinggi tetapi lebih bagaimana meningkatkan kualitas manusianya. Dan sekali lagi kadang kebijakan sekolah mengorbankan itu. Guru dikurung dalam belunggu putusan sekolah. Disatu sisi sekolah juga tidak berdaya dihadapkan dengan kebijakan pemerintah dan pandangan masyarakat. Namun yakinlah bahwa ini tidak akan bertahan lama, suatu saat pasti akan terbuka ketika siswa tersebut lulus dan mulai kuliah. Perguruan tinggi akan mulai curiga dengan kualitas nilai yang dimiliki siswa yang masuk di ptnya. Ya akan terbuka manakala dihadapkan pada praktek keilmuan yang sebenarnya. Bagaimana tidak? Siswa yang memperoleh nilai matematika 80 menerut ukuran dpt dikatakan sebagai siswa pandai, namun karena nilai itu hasil kkm yg ditetapkan sekolah jadinya siswa terlihat bodoh saat kuliah. tidak sesuai kepandaiannya dengan kenyataan keilmuan yg sedang dijalaninya. Ujung-ujungnya nama sekolah yang akan memperoleh reputasi jelek di mata PT. Sekolah tersebut akan masuk daftar lembaga yang tidak dipercaya oleh pt, dan berpengaruh terhdap kelanjutan alumninya kelak.
Sekarang tinggal pilih nama besar dengan usaha dijalan yang salah atau nilai biasa namun kualitas karakter dan moralnya tinggi. Kalau saya lebih memilih tanggungjawab moral daripada mengorbankan masa depan mereka. Bukankah mereka itu nanti yang akan menjadi pemimpin kita? Bagaimana kalau kualitasnya hasil dari rekayasa?

Categorized in:

Guru,

Last Update: 18 April 2016

Tagged in:

, , , , ,