Setiap individu memiliki kecenderungan yang berbeda-beda dalam merespons situasi belajar yang dialami. Hal ini memunculkan beberapa gaya belajar yang bervariasi dengan model model yang beragam pula. Hal ini terjadi karena potensi intelegensi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain.
1. Myer-Briggs Type Indicator ( MBTI )
Model ini mengklasifikasikan pebelajar sesuai dengan skala yang berasal dari teori psikologis Carl Jung. Si belajar akan memperlihatkan kecenderungan :
- Ekstravert (suka mencoba sesuatu ,memusatkan perhatiannya pada dunia luar) atau intropert (merenungkan sesuatu, memusatkan perhatian pada dunia ide batin )
- Sensor (praktis, berorientasi pada sesuatu yang detail, memusatkan perhatian pada fakta dan prosedur) atau intuitor (imajinatif, berorientasi pada konsep, memusatkan perhatian pada makna dan kemungkinan.
- Thinker (spektis, cenderung membuat keputusan berdasarkan logika dan kaidah) atau feeler (perasa), apresiatif (cenderung membuat keputusan berdasarkan pertimbangan pribadi dan humanistis)
- Judger (menetapkan dan mengikuti agenda, mencoba meyelesaikan sesuatu meski dengan data yang tidak lengkap), atau perceiver (mudah beradaptasi dengan keadaan yang terus berubah, menolak untuk mengakhiri sesuatu sebelum mendapatkan data lebih banyak.
2. Model Gaya Belajar Kolb.
Model ini mengklasifikasi pebelajar sebagai seseorang yang memiliki pengalaman kongkret atau konseptualisasi abstrak,eksperimentasi aktif atau observasi reflektif.
Dalam skema klasifikasi ini ada empat jenis tipe pebelajar :
- Tipe 1 ( kongkret, reflektif). Pertanyaan khas yang muncul dalam tipe ini adalah “Whay”? Pebelajar jenis ini mampu merespons bahan ajar berhubungan dengan pengalaman,minat, dan karir masa depannya. Untuk membimbing pebelajar dengan karakteristik tipe seperti ini, guru harus bertindak sebagai motivator.
- Tipe 2 (abstrak, reflektif) Pertanyaan yang khas dengantipe ini adalah “what “? Pebelajar dengan tipe ini mampu merespons dengan baik informasi yang disajikan secara terorganisir dan logis dan reflektif.
- Tipe 3 (abstrak,aktif) Pertanyaan yang khas dalam tipe belajar ini adalah “how”? Tipe ini mampu untuk menggarap secara aktif tugas yang ditata dengan baik jika diberi peluang dan belajar berdasarkan trial dan error.
- Tipe 4 (kongkret,aktif) Pertanyaan yag khas dalam tipe belajar ini adalah “Bagaimana jika”? Dalam implementasinya pebelajar tipe ini suka menerapkan materi ajar baru dalam memecahkan masalah masalah riil.
3. Model Herman Brain Dominance Instrument (HBDI)
Model ini mengklasifikasi siswa berdasarkan preferensi relative berfikir pada empat mode yang berbeda. Keempat mode ini adalah :
- Kuadran A, (otak kiri, serebral). Logis, analitis, kuantitatif, factual, kritis.
- Kuadran B, (otak kiri, limbik) Sekuensial, terorganisasi, terencana, terinci, terstruktur.
- Kuadran C, (otak kanak, limbik), Emosional, interpersonal, sensoris, kinestetik, simbolik.
- Kuadran D, (otak kanan, serebral) visual, holistik, inovatif.
4. Model Gaya Belajar Felder-Silverman
Model ini mengklasifikasi pebelajar sebagai :
- Pebelajar pengindera atau sensing (kongkret, praktis, berorientasi pada fakta dan prosedur) atau pebelajar intuitif (konseptual, inovatif, berorientasi pada teori dan makna).
- Pebelajar visual (lebih menyukai refresentasi visual untuk materi yang disajikan berupa gambar, diagram, bagan alur), atau pebelajar verbal (lebih menyukai penjelasan tulis atau lisan).
- Pebelajar induktif (menyukai penyajian yang bermula dari khusus ke umum), deduktif (penyajian dari umum ke khusus)
- Pebelajar aktif (belajar mencoba,belajar dengan orang lain), Pebelajar reflektif (belajar dengan merenungkan sesuatu,bekerja sendiri).
- Pebelajar sekuensial (linear, teratur, belajar dengan langkah demi langkah, makin lama makin besar), atau pebelajar global (holistik, pemikir sistem, belajar dengan lompatan yang besar).