Eksplorasi Kualitatif  pada Interaksi Sosial dalam Komunitas Pembelajaran Online

Wang, H. (2005). A qualitative exploration of the social interaction in an online learning community. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 1(2), 79-88

Pembelajaran online telah berkembang dan meningkat di pendidikan sekolah dan pelatihan-pelatihan. Komunitas belajar online biasanya terdiri dari program tehnik, tugas-tugas pembelajaran, dan interaksi sosial diantara pebelajar. Sehingga menurut Carabajal et al, terdapat 3 dimensi dalam komunitas online yaitu, dimensi teknologi, tugas, dan sosial. Dimensi Tehnologi sebagai alat komunikasi yang memungkinkan transaksi pembelajaran dapat berlangsung. Dimensi Tugas-tugas terdiri dari konten, bahan, sumber, aktifitas-aktifitas yang digunakan dalam pembelajaran. Dimensi Sosial mengarah pada interaksi partisipan selama proses pembelajaran.

Komunikasi sosial merupakan komponen penting dalam aktifitas pendidikan, dan ada 2 faktor komunikasi dalam pembelajaran online yaitu faktor struktural (jaringan pertemanan yang sudah ada) dan faktor psikologis (gaya komunikasi individu). Haythronthwaite (1998) menggunakan aktifitas perkenalan face-to-face, efektif dalam menjalin hubungan dan perasaan komunitas. Bowman (2001) merekomendasikan pemasangan pebelajar pada awal kelas online sehingga pasangan tersebut dapat berkomunikasi dan belajar bersama. Day (2004) menyarankan peraturan tegas dalam teks pembukaan kelas sehingga pebelajar paham komitmen mereka akan pentingnya diskusi online. Woods dan Ebersole (2003) berdemonstrasikan menggunakan diskusi dengan pokok bahasan yang tidak spesifik, dapat menguatkan hubungan sosial yang positif. Mereka mengemas 4 diskusi personal antara lain : Autobiographies, Cybercafe, Devotionals, dan Prayer Request. 

Masih kurangnya studi yang mengembangkan interaksi sosial dalam pembelajaran online. sehingga Pembelajar harus menyediakan kesempatan yang lebih dalam wacana sosial emosional dan pembetukan jaringan diantara pebelajar sehingga sebuah penelitian menyarankan agar pembelajaran online didesain dengan mengeksplorasi perkembangan interaksi sosial dalam komunitas pembelajaran online.

Masalah

Bagaimana hubungan sosial dan afektif dikembangkan dalam komunitas online, Bagaimana partisipasi pebelajar dalam komunitas online dan Bagaimana interaksi sosial mempengaruhi pebelajar  dalam proses pembelajaran  online ?

Subjek

Populasi terdiri dari 16 pebelajar dewasa, 11 wanita dan 5 pria. Kemudian diambil sampel 3 orang berdasar  kriteria tingkat partisipasi belajar dan keterwakilan dari demografi kelompok.

Prosedur

Interview dilakukan dengan 3 partisipan yang dipilih secara individu di lokasi dan waktu tertentu.  Peneliti mewawancarai partisipan berdasar daftar pertanyaan terbuka. Pertanyaan yang diajukan memungkinkan partisipan untuk mengemukakan pegalaman, pemikiran, dan perasaan mereka tentang pengalaman belajar online mereka. Pertanyaan follow-up diimprovisasi peneliti selama proses wawancara. Masing-masing interview memakan waktu 90 menit dan direkam dalam tape recorder.

Analisis

Peneliti mentranskripsikan rekaman audio-tape dan mengkodekan data dengan referensi ke dalam tiga pertanyaan penelitian dengan tujuan untuk meringkas tema utama. Melalui review yang berulang-ulang, empat tema pokok dihubungkan dengan pertanyaan penelitian kemudian diringkas dan dilaporkan.

Temuan

Komunikasi online berbeda bentuknya dengan komunikasi di kelas. Partisipan dengan jelas menyatakan bahwa komunikasi face-to-face berbeda dengan komunikasi online. Menurut opini mereka.       Pembelajaran online memberikan kesempatan luas untuk berpartisipasi. Mereka bebas menjawab pertanyaan, tidak seperti di kelas yang terkadang ada rasa takut ataupun  malu.

Mereka lebih berkemauan mengungkapkan opini mereka karena mereka tidak berhadapan dengan orang lain, sehingga mereka tidak takut akan dipermalukan. Mereka tidak ada waktu memikirkan apa respon orang lain nantinya. Jadi mereka sangat all out dalam memberikan opini dalam diskusi online atau lebih kuat daripada pada komunikasi face-to-face.

Mereka lebih fleksibel dan bebas untuk mengkontrol belajar mereka.

Pada percakapan online terkadang tidak mudah untuk mengetik opini dengan cepat. Ketika opini muncul dan akan disampaikan ternyata topik percakapan telah berganti.

Pada komunikasi online mudah terjadi salah interpretasi terhadap apa yang ditulis seseorang, hal ini dikarenakan mereka tidak saling bertatap muka sehingga tidak mengerti apakah seseorang sedang bercanda atau marah (ekspresi wajah). Dalam komunikasi online mereka juga tidak mendengar nada suara, sehingga mereka tidak mengetahui apakah seseorang sedang sarkastik ataupun ironi. Sehingga mereka harus sangat hati-hati dalam memilih kata-kata dan menyusun kalimat.

Hubungan online yang baik berawal dengan menghargai orang lain dan memberi sumbangan pada komunitas. Ketika menghadapi situasi belajar baru, terutama ketika berbagi kesulitan, seperti tugas-tugas baru atau masalah teknik, pebelajar harus bekerja sama dan  saling membantu. Respon positif terhadap posting anggota komunitas akan meningkatkan rasa kebersamaan mereka dalam proses belajar. Perasaan negatif jarang terjadi pada komunitas online. Tiga partisipan memberi saran bagaimana menjadi anggota komunitas belajar yang baik : persiapan penuh untuk pembelajaran online, men-posting pesan-pesan pendek dan informatif, mendengar anggota lain dan menyumbangkan ide saat diskusi, menghindari komentar negatif, mendukung dan konstruktif kepada anggota lain.

Terdapat 3 tingkat partisipasi yang berbeda dalam interaksi online. Pebelajar yang sangat aktif, jarang aktif dan antara aktif dan tidak. Mereka yang introvert justru aktif dalam pembelajaran online. Buletin dan email adalah fasilitas yang sering digunakan untuk berkomunikasi. Kebanyakan mereka tidak ingin meneruskan hubungan mereka ke dunia nyata. Menurut salah satu partisipan karena sudah tergolong dewasa maka mereka sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.

Interaksi sosial dapat menfasilitasi pembelajaran online dalam beberapa hal yang bervariasi. Interaksi sosial sangat bermanfaat dalam pembelajaran online. Selain dapat menghilangkan pembatas berupa jarak, juga dapat menciptakan suasana belajar dalam kebersamaan. Interaksi sosial sangat membantu proses belajar karena menambah kerangka dan konstruksi untuk kelompok. Menurut mereka, semakin kita mengenal pebelajar lain maka semakin kita dapat memahami maksud komentar-komentar yang dibuatnya.   

Kesimpulan

Dari temuan awal peneliti menemukan bahwa pebelajar online percaya bahwa komunikasi sosial memiliki beberapa sifat yang berbeda dengan komunikasi di kelas. Interaksi sosial membantu memecahkan kendala yang disebabkan oleh jarak dan rasa keterasingan. Interaksi sosial menyediakan dukungan dan menawarkan kerangka referensi bagi refleksi pebelajar, sehingga dapat membantu hasil dan proses belajar. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pembelajar harus memberikan perhatian lebih pada dimensi  ke-3 (teknologi, tugas, sosial) selama proses desain dan pembelajaran online, daripada menfokuskan hanya pada bahan ajar mata kuliah dan teknologinya saja.

Komentar

Artikel ini sangat bagus dan menambah wacana tentang interaksi sosial dalam pembelajaran online. Namun ada sebuah pemikiran lain yang terungkap, bahwa jumlah sampel pada penelitian ini kurang representatif dibanding jumlah populasi secara keseluruhan.

Penulis