Generasi Z, juga dikenal sebagai generasi Internet dan Digital Natives, adalah generasi yang tumbuh di mana akses internet selalu tersedia dan berlimpah. Anak hyper-connected dan tech-savvy ini mampu mengubah bagaimana cara pendidik merumuskan pelajaran dan berinteraksi dengan siswa. Banyak yang memprediksi bagaimana anak-anak diajarkan di semua tingkatan dengan membuat teknologi merupakan bagian integral dari semua studi kelas. Apakah Anda seorang guru, orang tua yang berusaha untuk lebih memahami kebutuhan pendidikan anak atau Anda hanya pemerhati pendidikan, berikut eduaksi berikan tren penting dalam dunia pendidikan bagi generasi Z

1. PERANGKAT INTERAKTIF SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN DI KELAS

Kini hampir setiap orang memagang gadget. Siswa Generasi Z sudah mahir dengan teknologi, tidak ada kurva belajar. Guru dan siswa telah mampu menggunakan berbagai aplikasi yang mereka sediakan untuk mempromosikan keterlibatan dan belajar, baik di rumah dan di sekolah. buku pelajaran interaktif, permainan edukatif, dan proyek-proyek kolaboratif adalah beberapa cara pendidik menggunakan teknologi untuk mendapatkan generasi digital yang lebih baik terlibat.

2. HOMESCHOOLING

Dulu homeschooling menjadi sebuah fenomena cukup langka, tetapi dalam beberapa tahun terakhir terjadi lonjakan signifikan yang membantu membuatnya jauh lebih diterima. Peningkatan popularitas homeschooling berarti lebih banyak sumber daya dan dukungan untuk orang tua, banyak dari mereka memilih jalan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih individual dan mengarahkan diri sendiri. Salah satu alat yang membuat homeschooling banyak lebih mudah adalah web, di mana siswa dan orang tua dapat terhubung dengan orang lain dan menemukan berbagai bahan yang dapat digunakan untuk mengajar dan belajar. Saya percaya tren Gen Z ini akan menyebabkan sekelompok anak muda lebih nyaman mencari tahu apa yang ingin mereka lakukan dan bagaimana mereka ingin melakukannya ketika tiba saatnya untuk memasuki angkatan kerja.

3. PROYEK KOLABORATIF ONLINE

Blogging bukan hanya tren untuk para Geeks dan kutu buku teknologi. Kini hampir semua orang memanfaatkannya, dan kelas masih dalam pengecualian. Eduaksi membantu mendorong berbagai teknologi ke dalam kelas, dan semakin banyak guru yang merangkul kekuatan program berbasis web untuk melibatkan siswa dengan teman sekelas mereka dan anak-anak lain di belahan dunia. Ini tidak hanya blogging, namun. Jenis lain dari proyek kolaborasi online umum di kelas juga, termasuk podcasting, media sosial, media digital, dan editing bahkan video dan desain.

4. FOKUS PADA PEMBELAJARAN VISUAL

Penelitian telah menunjukkan otak anak-anak Generasi Z sebenarnya struktural berbeda daripada pendahulu mereka. Ini tidak ada hubungannya dengan genetika dan segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana kita menggunakan otak kita dalam menanggapi lingkungan. Bagi anak-anak Gen Z, ini berarti banyak browsing dan kelebihan informasi. Akibatnya, bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk kemampuan visual jauh lebih berkembang bagi generasi ini, sehingga perlu membuat bentuk-bentuk visual pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan. Guru dan administrator mulai menanggapi perubahan ini, dengan kurikulum yang lebih fokus pada mencari daripada mendengarkan.

5. BELAJAR SEBAGAI PERMAINAN

Perlakukan belajar sebagai permainan tidak hanya lebih menyenangkan untuk Gen Z, itu juga lebih efektif. Salah satu perubahan utama lainnya adalah kebutuhan untuk kepuasan instan. Game dapat menawarkan itu dan memotivasi siswa untuk terus mendorong ke arah penguasaan yang lebih besar dari materi pelajaran. Anak-anak yang kecanduan game non-pendidikan dapat seringkali menggangu dalam proses pembelajaran dimana mereka diam-diam memainkannya. Sementara Game kemungkinan tidak akan pernah menggantikan pelajaran pendidikan tradisional, mereka adalah sumber tambahan yang bekerja dengan baik dengan keterampilan dan kebutuhan siswa Gen Z.

6. FOKUS PADA BERPIKIR KRITIS DAN MEMECAHKAN MASALAH DARIPADA MENGHAFAL INFORMASI

Selama ini kita menekankan siswa menghafal, Internet secara perlahan membawa pendidikan jauh dari strategi hafalan. Mengapa memotivasi siswa untuk mengingat informasi yang mereka dapat dengan cepat dan mudah mencari secara online? Menghafal belum sepenuhnya menguap dari kelas, tetapi sebaiknya guru lebih menekankan pada berpikir kritis dan bagaimana memecahkan masalah atas kemampuan untuk mengingat tanggal suatu sejarah. Keterampilan ini tidak hanya kebutuhan siswa Gen Z, tetapi mereka juga akan memainkan peran penting dalam menghasilkan lulusan yang siap untuk mengambil inovasi dan berwirausaha sendiri disaat memasuki pangsa kerja.

7. KEMBALI KE PELATIHAN BERBASIS KETERAMPILAN DARIPADA TATAP MUKA CERAMAH

Kedepan siswa akan menglami perubahan yang sangat mendasar, bukan lagi ijasah ataun gelar tetapi lebih kepada kemapuan spesialis individu .Mengapa? Tingginya biaya pendidikan memiliki banyak hubungannya dengan itu, dan banyak anak muda akrab dengan teknologi dan memiliki beberapa ide yang baik dan tidak perlu gelar sarjana untuk memulai karir mereka. Semakin banyak yang berwirausaha dan mencari peluang bisnis di usia yang lebih muda. Ini bukan berarti pendidikan tinggi tidak bisa membantu dalam bidang-bidang tersebut, tapi bagi lebih dari itu generasi sekarang ingin cepat menguasai tertentu dan ingin segera memulai daripada menunggu gelar diterima.

8. BELAJAR DALAM LINGKUP KECIL

Salah satu kekurangan dari Generasi Z, seperti para pendahulu mereka Gen Y, adalah mereka terbiasa multitasking konstan dan ini membuat cara mereka menaruh perhatian terhadap sesuatu cukup pendek. Hal ini dapat membuat mereka sulit untuk belajar, karena mereka mudah bosan dan siap untuk pindah ke hal berikutnya. Pelajaran yang semakin diperpanjang akan lebih menyulitkan dalam pengelolaan mereka, sehingga pendidik harus menyesuaikan informasi dalam lingkup yang kecil-kecil. Saya sendiri lebih senang memberikan materi penjelasan kurang dari 15 menit, selebihnya memberikan mereka aktivitas berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Penulis