Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Online

Dunia pendidikan dan pelatihan secara keseluruhan saat ini telah diperkaya dengan adanya media online atau internet. Hal ini tampak dengan bertambahnya jumlah online-learning yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.

Pembelajaran online telah berkembang dan meningkat pada pendidikan sekolah dan pelatihan-pelatihan. Pebelajar yang mencari pembelajaran online untuk memenuhi kebutuhan dan keterampilannya pun semakin meningkat. Meskipun dalam pembelajaran online, pada prakteknya pebelajar sering merasa terisolasi dan tidak dapat berinteraksi dengan pebelajar lain untuk men-konstruk pengetahuan yang diperolehnya. Dan banyak teori serta hasil penelitian yang menyebutkan bahwa kurangnya interaksi dalam pembelajaran online dapat menyebabkan pebelajar merasa tidak terikat dalam proses belajar yang pada akhirnya  mempengaruhi hasil belajar mereka.

Ada apa sebenarnya dengan interaksi?. Interaksi sosial akan selalu menggambarkan karakteristik pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran. Dalam hal ini belajar ditandai dengan pertukaran ide-ide, pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan diantara manusia, dan akan (yang pasti)menghasilkan cara baru dalam memandang dunia ini atau paling tidak berpengaruh pada cara dalam bertindak (way of thinking and way of life).

Bagaimana dengan para perancang pendidikan online?. Para perancang pendidikan dan pembelajar yang memutuskan untuk beralih ke lingkungan pembelajaran online mau tidak mau akan menghadapi tantangan sekaligus peluang. Tantangannya berupa kenyataan bahwa jumlah pebelajar yang memanfaatkan media online sangat besar (bahkan tidak dapat dibendung) dan berasal dari  latar belakang pendidikan, profesional, dan kemampuan yang amat sangat bervariasi. Sedangkan peluangnya berupa sebuah kesempatan untuk berkreasi seluas-luasnya dalam mengeksplorasi waktu, ruang dan bahan. Tantangan dan peluang ini dapat dijadikan suatu nilai tambah bagi para pembelajar (setuju khan? harus!).

Nah, sekarang homework yang harus dikerjakan adalah, apakah yang dapat dilakukan untuk dapat membantu pembelajar dan pebelajar yang memanfaatkan media online dalam pembelajaran?.

Dalam bahasan pendek ini kita akan menyoroti pada sisi interaksi sosialnya saja. Meskipun saat ini studi yang mengembangkan interaksi sosial dalam pembelajaran online masih sangat kurang, yang banyak dikerjakan adalah membangun dan membangun online learning.

Sebagai pemikiran dan gagasan awal adalah para Pembelajar baiknya menyediakan kesempatan yang lebih dalam wacana sosial emosional dan pembetukan jaringan diantara pebelajar sehingga dapat mengeksplorasi perkembangan interaksi sosial dalam komunitas pembelajaran online.

Gagasan selanjutnya adalah agar para Pembelajar mempertimbangkan dan memaknai apa saja landasan teori  yang mendasarinya. Karena (seperti  yang kita semua telah ketahui dan tidak bermaksud menggurui) Mempertimbangkan teori-teori yang mendasari proses pembelajaran adalah sangat penting bagi perancang pembelajaran begitu pula bagi pembelajar. Teori-teori yang mendasari  interaksi sosial dalam pembelajaran online ada berbagai paham antara lain kurang lebih  sebagai berikut: Teori belajar kognitif, Teori belajar konstruktif, Teori belajar kolaboratif-kooperatif, Teori belajar  yang berpusat pada pebelajar (student-centered, Belajar bermakna (meaningfull learning), Self-regulation, Metacognitive, Distance learning, dll.

Selain itu perlu pula diketahui apa saja atributnya (dalam bahasa penelitian biasa disebut indikator). Atribut dari pembelajaran online adalah kebebasan komunikasi, tempat, waktu, pilihan konten, dan media interaksi. Terdapat lima pengelompokan dalam pembelajaran online (untuk saat ini), tercermin dari teknik yang digunakan dalam berinteraksi. Meliputi e-mail, asynchronous discussion boards, synchronous brainstorming (chat), real-time collaborative text (live, shared document), and real-time multimedia/hypermedia collaboration.

Terdapat pula tipe interaksi yang dilakukan, yakni  pebelajar-pebelajar (individu), pebelajar-pebelajar (kelompok), pebelajar-konten, pebelajar (kelompok)-pembelajar, pebelajar (individu)-pembelajar.

Dalam beberapa hasil penelitian Interaksi sosial dideskripsikan melalui banyak bentuk dan klasifikasi. Dalam pembelajaran jarak jauh, interaksi asynchronous dan non-face-toface juga interaksi kolaboratif diantara pebelajar juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilannya.

Pedoman Desain Pembelajaran Online

Pedoman desain pembelajaran dapat membantu pembelajar dalam menerapkan pembelajaran online secara efektif. Sayangnya sebagian besar pedoman desain yang ditawarkan belum atau tidak mengakomodasi diskusi dengan bermacam keadaan dan kondisi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan atau nilai secara khusus. Berikut akan dipaparkan pedoman untuk pembelajaran online yang mengakomodasi kondisi-kondisi dan keadaan-keadaan khusus.

Terdapat tiga keadaan khusus yang penting untuk diperhatikan ketika memilih metode interaksi sosial yakni nilai, kondisi dan hasil yang diharapkan (value, condition, and desired outcome). Untuk menjabarkan keadaan yang ada maka perlu dilakukan identifikasi metode, tujuan, nilai dan kondisi pembelajaran.

Berikut adalah contoh ringkasan metode dan tiga komponen keadaan yang dapat diidentifikasi.

Keadaan (situationalities) adalah Nilai-nilai (values) seperti Disovery learning, Learner-centered education, Enforcement – instructor retains some control

Tujuan Pembelajaran (learning goal), Pebelajar mempelajari : Bagaimana bekerja secara kolaboratif dalam kelompok. Bagaimana berpartisipasi dalam evaluasi kelompok. Bagaimana memilih metode interaksi sosial secara khusus.

Metode, kondisi dan efektifitas (Methods, conditions, and effectiveness)

1. Metode yang diterapkan : menyediakan pebelajar space untuk membangun web agar dapat berbagi dan bertukar informasi dengan pebelajar lain.

Efektifitas : hanya pebelajar yang memiliki keterampilan membangun web yang dapat bertukar informasi diantara anggota kelompok kolaboratif. Kondisi : pebelajar perlu mengetahui bagaimana membangun web dengan menggunakan bahasa program HTML atau dengan software seperti Netscape composer.

2. Metode yang diterapkan : menyediakan kelas sebuah FTP (File Transfer Protocol) untuk pertukaran file.

Efektifitas : FTP tidak digunakan oleh pebelajar untuk bertukar file diantara mereka sendiri, tetapi pembelajar juga dapat memanfaatkan sebagai cara mendistribusikan dan mengumpulkan survei kelas/kelompok. Kondisi : partisipan kelas tidak berbagi email client yang sama dan tidak dapat mendownload file-file dari sebuah website.

3. Metode yang diterapkan : menggunakan Internet Relay Chat (IRC) untuk koordinasi, klarifikasi dan mengambil keputusan dalam kelompok.

Efektifitas : pebelajar yang menggunakan IRC dapat berkoordinasi dengan baik. Namun hanya sebagian kecil dari jumlah pebelajar yang menggunakan IRC sedangkan yang lain menggunakan e-mail. Karena jika terlalu banyak pebelajar yang bergabung dalam ruang chat dikhawatirkan komunikasi tidak menjadi efekif dan sulit untuk dikontrol. Kondisi : pebelajar harus memiliki keterampilan kontrol diri dalam menggunakan IRC.

4. Metode yang diterapkan : pebelajar menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dan berkoordinasi dalam kelompok kerja.

Efektifitas : e-mail adalah bentuk yang paling populer untuk berinteraksi. Kondisi : jumlah pebelajar dan tugas harus kecil agar dapat mengelola tingkat volume e-mail.

Dan masih banyak lagi desain yang dapat dikembangkan. Selamat mencoba. Maju terus Teknologi Pendidikan Indonesia!!!