Halaman Google hari ini (13/5), menampilkan seorang lelaki berkacamata yang tengah bermain angklung dengan 2 anak kecil.

Ya, sosok lelaki itu adalah Daeng Soetigna. Dia adalah salah satu seniman hebat asal Indonesia. Namanya menjadi terkenal setelah dia berhasil menciptakan angklung diatonis.

Berkat karyanya inilah, Daeng berhasil mendobrak tradisi musik Tanah Air. Dengan alat musik tradisional Indonesia, dia mampu memainkan musik-musik kelas internasional. Dia juga aktif dalam pementasan orkes angklung di berbagai wilayah di Indonesia.
Nah, tampilan Doodle tersebut sengaja dibuat Google untuk memperingati ulang tahun Daeng Soetigna yang ke-108.

Daeng sendiri merupakan keturunan Sunda yang lahir di Garut, Jawa Barat, pada 13 Mei 1908. Karena kedua orang tuanya termasuk bangsawan Sunda, dia beruntung dapat menikmati pendidikan zaman Belanda yang saat itu masih sangat terbatas bagi pribumi.

Daeng Soetigna pensiun sebagai pegawai negari sipil pada tahun 1964 (saat berumur 56 tahun). Dengan bebasnya dia dari tugas rutin sebagai pegawai pemerintah, Daeng yang juga seorang guru itu pun aktif mengembangkan angklung diatonis.

Beberapa fakta yang bisa dihimpun tentang Daeng Soetigna adalah pria kelahiran tahun 1908 ini adalah pencipta Angklung Diatonis.

Pak Daeng, demikian panggilan akrab Daeng Soetigna, memiliki kemampuan yang luar biasa dibidang alat musik. Dia mampu mengubah permainan alat musik angklung yang awalnya memiliki nada dasar pentatonis menjadi diatonis.

Atas keberhasilannya, maka Angklung jenis ini diberinama Angklung Padaeng. Namun pada dasarnya Daeng Soetigna adalah seorang guru.

Daeng Soetigna mulai mengabdikan dirinya dibidang alat musik tradisioanl Indonesia, Angklung, setelah dia tidak lagi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pensiun pada diusia 56 tahun.

Bukannya beristirahat di masa tuanya, Daeng Soetigna malah semakin aktif menyuarakan dan menulis banyak aransemen lagu untuk alat musik Angklung.

Sebagai komposer musik, Daeng Soetigna mengangkat Angklung menjadi sebuah alat musik yang disegani dan bisa dipertunjukkan dalam sebuah konser.

Dari sumber Wikipedia menyebutkan bahwa Daeng Soetigna berhasil menciptakan Angklung Padaeng Diatonis setelah melalui beberapa proses tahapan belajar dari beberapa orang ahli lainnya.

Pak Daeng Soetigna pernah belajar dari dari orang yang disebut Pengemis Tua yang memainkan lagu ‘Cis Kacang Buncis’ hanya menggunakan angklung tradisional.

Pak Djaja, seorang yang membantu Pak Daeng Soetigna membuat alat Angklung model Diatonis. Pak Djaja menurunkan ilmunya yang sudah puluhan tahun dibidang angklung.

Ada juga yang bernama Pak Wangsa, hanya seorang petani yang mengajarkan banyak hal soal bambu. Daeng Soetigna jadi tahu misalnya bagaimana cara memotong bambu supaya tetap awet dan kapan bambu itu kering.

Sosok lain yang ikut berperan atas suksesnya Daeng Soetigna adalah Pak Setiamihardja. Sebagai guru kerajinan tangan, Setiamihardja bisa dibilang sebagai orang kepercayaan Daeng Soetigna dalam membuat Angklung Padaeng.

Atas jasanya mengembangkan alat musik tradisional Angklung, Daeng Soetigna, banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah Indonesia seperti misalnya penghargaan Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan, dari Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 15 Oktober 1968.

Ketika Daeng Soetigna akhirnya meninggal pada 8 April 1984, beliau masih terus mendapatkan penghargaan. Dalam catatan sejarah, penghargaan terakhir yang diterima oleh Daeng Soetigna adalah Penghargaan Nasional Hak Kekayaan Intelektual 2013, Pencipta Angklung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia, Amir Syamsudin, pada tanggal 26 April 2013.

Tidak hanya oleh pemerintah, atas jasa-jasanya di bidang seni dan peralatan musik tradisional Angklung ini, hari ini Google Doodle merayakan HUT Daeng Soetigna ke-108 dan membuat semakin banyak orang Indonesia mengenal siapa Daeng Soetigna.